Cerita sedih
tak ada semilir angin yang berhembus
tak ada senyum yang merona di bibir
tak ada lantunan kata bijak terucap
tak ada ke hampaan terisi oleh kekosongan
semua hilir mudik begitu saja
berjalan mondar mandir mengitari masa
membenam waktu untuk segera pergi
kesenyapan menggigil diantara semak belukar, bersiul pelan dengan gaduh
mengundang beberapa malam sepi untuk berdendang tentang keramahan yang terukur oleh caci
candanya terkikis pilu, sepi berteman hening
mengukir air mata untuk menetes dengan deras diantara celah pipi
tak ada istimewa yang terangkum di antara baitnya
hanya senandung luka yang mencakar setiap kerak di pori
ini tak terulang untuk menjadi yang ke dua pun juga yang pertama
namun urutannya sudah pasti bahwa kesekian kalinya pun tak akan menjadi yang terakhir
begitu setianya dia dengan luka
begitu setianya dia dengan nista
di ombang ambingkan perasaan yang menghancur lantakkan setiap helai perasaan di jiwa
tangisnya tak semerdu dulu, meski kini teriringi dengan beberapa isakan saja
namun nyata bahwa hidupnya tak pernah di terangi lentera kelam
dia selalu berteman dengan nurani,
dengan kalbu,
dengan sukma,
dan dengan beberapa helai hati,
yang tak segan - segan ia tawarkan sebagai pengganti tumbal kebahagiaan yang ia miliki
mengapa ceritanya selalu sedih
mengapa ceritanya selalu menangis
hingga pergi, tak seorang pun datang untuk mengacuhkan nya.
kepergiannya kini mengundang tanya
telah purnakah pengabdiannya terhadap cinta selama ini ?
atau dia hanya sekedar menggembalakan rindunya yang liar agar tetep memeluknya ?
atau sudah terlalu rentakah dirinya untuk menjejakkan kaki di jagat fana ini ?
tak ada jawab
sampai benar - benar dia kembali
No comments:
Post a Comment