myspace

Monday, May 21, 2007

Berita dari sahabat

kabut tipis bertepi diantara hati
menyerupai lentera berapi api di pinggiran kolam berlumut
memerah padam di terpa gelombang hati bersalju
melambai meniup di goyang kan sukma

setelah sekian lama terhenti
jejak itu mulai muncul
nyata menjelma menapak di kelokan kelokan jalan berbatu
bersiluet jingga kabur oleh pandangan mata

terlalu hanyut jika hadirmu dalam sepi menjerit histeris
memadamkan rindu yang seolah telah mati membeku

pandangan sayu larut matamu membuyarkan lamunan
hidup dalam damai diantara deretan pohon – pohon oak tua
menempel erat di antara dinding – dinding bercat putih keabu – abuan
menyeretnya untuk kemudian di buang dengan campah

aku telah lama membisu
melamun di angkasa raya
termenung dalam mimpi
dan termimpi dalam tidur

tak ada makna dalam berita tua
hanya semburat bergaris garis , berbaris di sela jiwa
berpetak, petak bentuknya, berjajar di antara sulam
dan kalau pun menjelma, itu bukan biasnya

Anakku…

Kutimang dalam damai
Kukecup kening mungilnya, dalam balutan senyum yang lucu

Tumbuh lah pintar anakku..
Bawa ayahmu menjejak masa dengan indah di sampingmu
Gandeng ibumu untuk turut serta dalam masa ceriamu

Tumbuhlah cantik anakku
Tebar senyum dan cintamu demi sebutir bahagia
Gerai panjang legam rambutmu untuk melindungi sang papa
Tepuk mesra tangan mu menyentuh setiap jengkal kering di jagat ini

Tumbuhlah bijak anak ku
Rangkul segala nista di genggamanmu, hembuskan dengan kasih
Cium setiap kening benci untuk kemudian tinggal kan bekas cinta di sana
Rindui setiap kata yg membuatmu tertunduk dalam sedih
Maknai setiap ucap dengan putihnya hati

Ayahmu
Ibumu
Selalu ada diantara setiap aliran darah dalam tubuhmu
Untuk melindungimu
Menghiburmu
Dan juga membimbingmu
Hingga langkah tak lagi tertatih diantara kaki mungilmu

Desah sedih berita tua

Desah basah angin menuju pulau
Melambai meniup beberapa halai bulu
Kepak sayap sang nuri mejengkal siang
Di deret lantunan lentik jemari senar dawai

Hati yang tersentuh , sontak melambung
Berbunga berwana warni, menghias dinding - dinding sunyi
Di keraton penuh singgasana jingga
Berpucuk pucuk, hijau tumbuh menyertai hari
Menyambut bersorak dengan riang
Hingga tabir mega tersingkap memudar
Mencair salju di ujung himalaya
Mengering basah pasir sahara

Tak ada haus di kerontangnya kerongkongan
Tak ada peluh berbasah di jerat jerat pori
Hanya parua tersekat di lantunnya jerit
Hanya jerit tersedak di antara derit
Menghiba menghujat, dalam sedih
Menoleh dalam kerumunan lalat
Yang hinggap diantara kemiskinan negeri
Yang memborok mendarah daging.

Powered By Blogger