myspace

Friday, October 26, 2007

kepada wanitaku

berputar putar bundar menggeliat nakal
lentik matamu merayuku, menggoda nakalku

tapi bisu..?

disudut kau tersenyum membisu
ditepi kau berbisik membisu
dilingkaran kau berteriak membisu
menggeliat dalam bisu

membuatku jengah berkeringat dalam peluh
dalam kerling kerling tarian bintang di kepala

dibibirmu selalu aku tunggu seucap makna
tentang rindu terpendam kita
tentang cinta terpendam kita
tentang segalanya yang seharusnya terungkap pasrah

mengapa kau biarkan aku terhanyut dalam lamun?
mengangankan kepalsuan yang tak bisa kurengkuh

tak bisakah kau jujurkan segala kata ?
hingga lurus membentuk sebait cerita
tentang kita,itu saja

Sepi gadis....

sepi gadis....

tanpa riuh recau tawa renyahmu
tanpa basah bulir keringat asinmu
tanpa desah nafsu buru nafasmu
tanpa belai lentik bibir manismu

sepi gadis....

kukarungi ngilu didada dengan resah
kucumbui bulan hingga berdarah
sekedar pelepas sunyi yang terus menghantui
selepas kau pergi, berlari, terjatuh dan mati

sepi gadis....

laguku hampa, syairku tak bermakna
seperti rindu tapi tak merindu
layaknya mencinta tapi tak dicinta
laksana meminta tapi tak dipinta

sepi gadis....

memimpimu dalam terjagaku
membuatku terhapus dari waktu
menjengukmu dalam bayanganku
menyudutkanku di sisi kelam
membias malam di tabur jelaga hitam

sepi gadis....

disini aku selalu menunggu
sampai sepi benar benar menjadi sepi

U

aku masih malu
mencoret pena dalam lukisanku

aku masih ragu
menuliskan hati pada lembar kertasku

aku masih lugu
untuk sekedar memahami ada apa denganmu

aku terlampau bisu
untuk mengungkap rahasia dalam bibirku

tapi aku mau kamu tahu
bahwa dasar pasir di batinku
telah menunggumu
berpuluh tahun yang lalu

tak ada ini atau pun itu
yang ada hanya aku dan kamu.

Wednesday, October 24, 2007

Inilah puisiku (2)

tabir tabir turunlah
hujan hujan berderailah
mimpi mimpi terpujilah
naungi gigil dan menghangatlah

tepi tepi menyudut
sepi sepi beringsut
kerakar tawa terhanyut
tergelak dalam hisap hisap asap

kuasa kuasa tertawa
jelata jelata berduka
membusuk dalam dengki
terkubur dalam liang tak bercelah

aku aku sendiri
dia dia berlari dan sembunyi
membawa beribu kutukan dan cacian
meregang nyawa dalam kepalsuan

mereka lupa dengan wajah
mereka hina akan nama
seperti niat yang tak terniati
layaknya ingin yang tak teringini

aku aku kembali
menulis tulis sedikit puisi
untung mengingat bukan di kenang
bahwa negeri ini masih terhias dalam nisan

Seperti Kemarin

seperti kemarin

langit mendung hujan turun
angin menghembus daun gugur

hari kelam diburu waktu
menyambut datangnya badai
menjerit, berderit dan mendecit

seperti kemarin

hitam memekat disandang langit yang sekarat
dipayungi bulan pucat di ufuk barat
seperti tak ada ceria bersuka ria
memaku bait terlantun pilu

seperti kemarin

aku termangu terpekur dalam lamun
menghirup debu, dalam desah resah
berpikir dalam janggal keganjilan
di lorong sesak penuh ketakutan

mengapa musim berjalan pincang ?
mengapa bencana yang selalu menghibur ?
dan mengapa hidup seperti tak ada harapan ?

mengapa?

masih seperti kemarin....

manusia belum lelah dan datang untuk bertaubat

gadisku

gadisku

masihkah kau menungguku?
pejantan muda terlahap usia
dimana manik manik abu memenuhi kepala
retak retak pecah menggurat wajah

gadisku

apakah jenuh telah membunuhmu?
menyingkirkanmu dari terangnya surga ?
menyingkap ketelanjanganmu dari norma ?

apakah desir telah berpikir ?
atau cibir terlampau kikir?

gadisku

jejakmu terlalu jauh
aku tak lagi bisa mengejarmu
kau terlalu lugu untuk rindu
membuat ku bersalah jika mendekapmu

gadisku

petik penggal kata telah berakhir
berucaplah lirih di kupingku
bahwa kau pergi bukan untuk aku
tapi untuk cinta yang mungkin telah kau tunggu

Powered By Blogger