myspace

Tuesday, April 17, 2007

kau terdiam dalam bisu

berucaplah dengan lirih kekasih
bisikkan itu di telingaku
cerita lara yang selama ini engkau pikul
desahan duka yang selama ini engkau hela

aku merindukan senyum mu
lesung pipi yang senantiasa melindungiku dari cemburu
cibiran bibir yang membuatku bernafsu untuk mengecupmu
dengusan dengusan harum nafasmu
juga gelayut mesra tangan mu di pundakku
kerling nakalmu juga hitam rambutmu

kenapa kau membisu ?
kenapa kau terdiam ?
terjaga dalam kegamangan alam
tersentuh dengan gelisah di sudut sudut malam

wahai kekasih ku
yang mendiami kesepian hatiku
yang menerangi gelap gulitaku
berpendar cahya di sela matamu
membias pelangi pelangi sang bidadari

berucaplah
berkatalah sejujur hati ini mengungkap rindu kepadamu
apa yang terjadi?
kenapa kau banyak diam terbisu
tak adakah kicau kicau sang nuri menggugah hatimu
tak sudikah ungu, jingga, dan biru menjilat kelopakmu

berucaplah sayang
aku mau kau melagu
melantun sebuah nada
agar mimpi di malamku nanti bergulir dengan indah

patahan bening air mataku

setelah tenggelam dalam beberapa cangkir kata - kata
aku tersedak dengan bait yang ada di dalamnya
tak ada haru yang ku ungkap
tak ada air mata yang ku teteskan

aku terdiam menatap kosong beberapa cangkir
yang penuh dengan kalimat sunyi
kalimat kalimat yang kucoret di atas kertas buram
yang tak lagi terbaca
setelah sekian lama membeku di dalam hati

andai kan ku bisa menangis
kan kutangisi gemetarnya tanganku
kan ku isaki kerutan kerutan nanar di wajahku
ku ratapi helai demi helai ubanku

dan aku tak segan memberaikan
seluruh airmata yang tersimpan di kelopak mataku
hingga kering
hingga kering
hingga tak ada lagi tereja kata tangis di sana

biarlah

sedih ini cukup mematahkan bening bening air mataku
bukan kehidupan fana ku
bukan pula jiwa abadiku

Monday, April 16, 2007

berikan kepadaku

beri aku madu !
biar pahit ini terusir dengan ramah
tak lagi menyekat kerongkonganku dengan kering
dan meludahkannya dengan mudah

beri aku air !
agar dahagaku terampuni
mengisi bejana bejana dengan warna biru dan ungu
untuk ku simpan di kemudian hari

pernah terpikir olehmu ?
tertidur di dalam tungku membara dengan nyenyaknya?
memimpikan keindahan surga yang tak terjamah ?
mengigaukan dingin yang menjalar sukma ?

pernahkan kau membayangkan ?
merebahkan penat diantara rerumputan gersang ?
di iringi tiupan seruling penggembala siang ?
menari dengan senyum yang tak pernah terkembang ?

sedikit renungkan untuk kemudian di ejakan
tak harus dangan kata kata bijak
ataupun siraman siraman sejuk
cukup lakukan dan patuhi

terlalu lama terdiam membuatmu bisu
tarlalu lama mengasing membuatmu malu

aku tak butuh bujukmu dalam endapan
yang hanya merenda angan untuk kemudian termuntahkan
aku tak butuh rayuanmu dalam hayalan
yang akhirnya menguap begitu saja terserap oleh kelam

cukuplah bijak yang berucap
memberi beberapa petuah dan sumpah
yang tersulam dengan indah di mata
menjadikannya butiran lembut hangat berbening bening

cukuplah hati yang bergumam
dan biarkan bibir ini saling berpagutan
tak peduli sampai berapa lama ia melakukan
sekedar menikmatinya...dan jangan di kalimatkan

Pagi ini

pagi.....pagi yang indah,
sisakan butir embun bekas dengkuran malam
sayukan mata bintang,
memicing tajam diantara awan

pagi......pagi yang suram
mendung menghadang segera hujan kan di jelang
mengguyur basah dunia terang
menbanjiri setiap kegersangan dalam dalam

pagi......pagi yang kelam
tak ada kata tak bermaksud berucap
terdiam dalam kebisuan
menyendiri dalam kesenyapan

terkatung di sekitar jemari
menyembunyikan sebutir janji yang terselip begitu bersinar
berpendar dengan irama terlantun begitu indah
santun yang tersumpah, tereja dengan bibir
petuah yang terucap berlagu dengan merdu

meski masih pagi, tak ada kehidupan tersisa dalam lelap
meski begitu suram, tak satu selimut pun yang belum tersingkap
meski begitu kelam, bias surya masih terekam
hangat, dingin, beku, membara, bercampur aduk menyambut sang pagi

Powered By Blogger