myspace

Tuesday, April 10, 2007

Pembual dengan tipuan palsunya

aku mencurinya!

saat gerhana bulan memancar dengan garang
sebuah kelopak dari tembaga dengan hiasan bunga di bibirnya
tapi aku tak pernah menyimpannya, aku selalu membuangnya begitu saja
karena aku hanya seorang penjahat kecil berkedok dewa

aku menipunya!

agar aku segera bisa beranjak berlalu dari kursi reot itu
tak kan ku tinggal kan sepatah kata untuk di kenangnya
tidak juga sebuah kecupan lembut di kening
aku mau itu berlalu dengan kejam, hingga senyum pahit yang terpancar pecah berderai kelantai
biarkan berderak dengan menggema
biarkan berkarat dengan luka yang dalam

aku senang melakukannya, mempermainkan kata untuk sekedar melambungkannya
bukan untuk di nikmati, tapi untuk di khianati
bukan untuk di hayati, tapi untuk di sakiti

ini sebuah kisah tentang lara yang tak ber ujung di tengah keramaian dan ke gundahan sebuah nada
nyanyikan saja dengan sumbang, agar semua menutup telinga
teriakkan dengan parau, agar tersekat semua ucap di tenggorokannya

tak pernah ku ucap sebuah kalimat dengan begitu dahsyatnya, dimana di balik semua itu
ternyata aku hanya membualkannya, hanya mengangankannya
sebab hatiku tahu..bahwa aku takkan rela meninggalkannya di antara gelap,
sebab naluriku berkata, bahwa cinta yang kucoba padamkan ternyata masih menyala dengan kobar yang membara

sebab aku tahu....bahwa jeritan batin ini masih berucap nama indah mu..

Monday, April 09, 2007

Cerita sedih

tak ada semilir angin yang berhembus
tak ada senyum yang merona di bibir
tak ada lantunan kata bijak terucap
tak ada ke hampaan terisi oleh kekosongan

semua hilir mudik begitu saja
berjalan mondar mandir mengitari masa
membenam waktu untuk segera pergi

kesenyapan menggigil diantara semak belukar, bersiul pelan dengan gaduh
mengundang beberapa malam sepi untuk berdendang tentang keramahan yang terukur oleh caci
candanya terkikis pilu, sepi berteman hening
mengukir air mata untuk menetes dengan deras diantara celah pipi

tak ada istimewa yang terangkum di antara baitnya
hanya senandung luka yang mencakar setiap kerak di pori
ini tak terulang untuk menjadi yang ke dua pun juga yang pertama
namun urutannya sudah pasti bahwa kesekian kalinya pun tak akan menjadi yang terakhir

begitu setianya dia dengan luka
begitu setianya dia dengan nista

di ombang ambingkan perasaan yang menghancur lantakkan setiap helai perasaan di jiwa
tangisnya tak semerdu dulu, meski kini teriringi dengan beberapa isakan saja

namun nyata bahwa hidupnya tak pernah di terangi lentera kelam
dia selalu berteman dengan nurani,
dengan kalbu,
dengan sukma,
dan dengan beberapa helai hati,
yang tak segan - segan ia tawarkan sebagai pengganti tumbal kebahagiaan yang ia miliki

mengapa ceritanya selalu sedih
mengapa ceritanya selalu menangis
hingga pergi, tak seorang pun datang untuk mengacuhkan nya.

kepergiannya kini mengundang tanya
telah purnakah pengabdiannya terhadap cinta selama ini ?
atau dia hanya sekedar menggembalakan rindunya yang liar agar tetep memeluknya ?
atau sudah terlalu rentakah dirinya untuk menjejakkan kaki di jagat fana ini ?


tak ada jawab
sampai benar - benar dia kembali

Powered By Blogger