Pembual dengan tipuan palsunya
aku mencurinya!
saat gerhana bulan memancar dengan garang
sebuah kelopak dari tembaga dengan hiasan bunga di bibirnya
tapi aku tak pernah menyimpannya, aku selalu membuangnya begitu saja
karena aku hanya seorang penjahat kecil berkedok dewa
aku menipunya!
agar aku segera bisa beranjak berlalu dari kursi reot itu
tak kan ku tinggal kan sepatah kata untuk di kenangnya
tidak juga sebuah kecupan lembut di kening
aku mau itu berlalu dengan kejam, hingga senyum pahit yang terpancar pecah berderai kelantai
biarkan berderak dengan menggema
biarkan berkarat dengan luka yang dalam
aku senang melakukannya, mempermainkan kata untuk sekedar melambungkannya
bukan untuk di nikmati, tapi untuk di khianati
bukan untuk di hayati, tapi untuk di sakiti
ini sebuah kisah tentang lara yang tak ber ujung di tengah keramaian dan ke gundahan sebuah nada
nyanyikan saja dengan sumbang, agar semua menutup telinga
teriakkan dengan parau, agar tersekat semua ucap di tenggorokannya
tak pernah ku ucap sebuah kalimat dengan begitu dahsyatnya, dimana di balik semua itu
ternyata aku hanya membualkannya, hanya mengangankannya
sebab hatiku tahu..bahwa aku takkan rela meninggalkannya di antara gelap,
sebab naluriku berkata, bahwa cinta yang kucoba padamkan ternyata masih menyala dengan kobar yang membara
sebab aku tahu....bahwa jeritan batin ini masih berucap nama indah mu..