myspace

Friday, January 26, 2007

Cerita Ku

Separuh nafasku terbang berkelana
menembus batas biru langit cakrawala,
kepakan - kepakan beranda di batas waktu,
menggulirkan beberapa intan lembayung.

rasa sepi yang menggelayut rentang usia
tlah membuatku berkarat dengan penuh keindahan
mengapa kubiarkan jiwa ini berserakan ?
di gulung butiran cinta yang mematikan,

tak sedikitpun risau tergambar jelas di sana,
hanya goresan - goresan pena,
membentuk belahan - belahan jiwa,
selebihnya buram tak terbaca,

tak teraba hitam,
tak terpeka

langkah gontai sang penyair mengalihkan beberapa lembar daun tuk bersaksi,
betapa sakitnya pilu yang menyelam di dasar takut,
dia tak pernah mengerti bahwa,
apalah arti sebuah desahan yang jika di jabarkan akan membentangkan beberapa rahasia yang tak mesti terungkap,
walau dengan kerlingan kelip kunang - kunang,

tak sepasang telingapun yang boleh mendengar,
tak sesosok mata pun yang mampu melihat,
karena semua buta, tuli,
di dera perasaan bersalah,
menghiba bumi untuk segera di ampuni

Thursday, January 25, 2007

Cerita Cici



Entah berapa kali purnama dia berdiri disana,

sendiri ………

menatap sendu butir - butir embun yg melekat erat di daun perindu,
batin yg selama ini hanya terisi ruang hampa menjerit pilu,
kelopak – kelopak matanya yg indah bulat bersinar,
berkaca dan melelehkan bening lembut tetesan air hangat penyejuk sukma

ada sesuatu yg mengganjal jiwanya
ada sebuah kisah yg terangkum dalam bab – bab loka swarga warna, menyebutkan namanya,
memanggilnya untuk hadir di sisi rindu dalam hangatnya cinta

dia tak pernah tahu bahwa rona merah cahya bulan menaungi hidupnya
dia tak sadar bahwa seekor kupu – kupu menebarkan sayap untuk melindunginya
dan dia tak melihat bahwa di sampingnya berjajar rangkaian bunga, sebagai selimut di malam dinginnya

dia selalu mengadu pada bunga
dia selalu bercerita pada dinding putih bersulam retak jelaga
dia selalu berbisik di telinga malam, menggumamkan kata puja dan puji
berharap waktu mengirimkan pesannya ke bulan, untuk kemudian di tebar dengan indah dan penuh warna ke jagat raya

apa yg terjadi sebenarnya ?
bukankah hidup telah di gariskan oleh belahan telapak tangan ?
di lukis langit, di warnai awan ?
dan di tulis di balik helaian helaian rambut ?

lalu apa yg di risukannya ?

apakah pujangga telah berbohong padanya ?
dengan menulis sajak yg terlalu indah , hingga dia terhanyut di dalamnya
ataukah pemuja telah mengingkarinya ?
datang hanya untuk menikmati harumnya lalu tercampakkan begitu saja

duh….Gusti

gerangan apa yg telah Kau tanamkan dalam dirinya
butiran apa yg Kau tebar didalam kelopak matanya
hingga dia harus terpedihkan hingga kini
hingga dia menangis dalam bisu,
tak ada isak yg terbaca
tak ada embun mata yg terlihat……

Wednesday, January 24, 2007

Cerita Bulan

bulan itu mengantung sendiri menatap dua manusia
bercinta di bawah payung jingga

duduk berpelukan, mengacuhkan sang bulan yg menatap dengan pandangan cemburu
begitu acuhnya mereka hingga tak sadar bahwa bulan menangis....

titik titik air matanya meleleh jatuh di daun menjadi embun
menggumpal di awan dan jatuh menjadi gerimis


mengapa dia selalu merasa sendiri..ditengah taburan bintang yg berkelip indah
mengapa dia merasa sepi..dalam naungan hangatnya matahari pagi
wajah pucatnya hanya sebagai pemuas dahaga para pujangga cinta
sejuk sinarnya hanya di pakai untuk selimut malam yg menggantung di langit

tak ada yg menginginkannya
tak ada yg berusaha meraihnya
tak ada yg mengharapnya

selamanya dia akan sendiri
selamanya dia akan sepi

di gelayuti awan dingin yang mencercanya dengan tiupan angin sedih
sedih...sedih..sedih..dan sedih hanya itu jeritan batinnya


bulan oh bulan....
sepi dalam keramaian
merindu dalam dekapan
sedih dalam canda dan tawa

tapi dia masih bisa bahagia, dengan memancarkan cahya emasnya
menaungi jagat raya dengan tebaran senyum hangatnya


hanya aku
hanya aku
yang mau peduli

sebab kita sama....
merindu
bersedih

dan menyepi.....dalam damai

cerita sepi


Sepi yg ku puja akhirnya mengingkari,
menyingkir kesisi gelap yg paling hitam
kelamnya tak membekas,
bahkan warna yg di simpan tersingkir menjauh
dan, dua dalam satu warna telah berakhir pedih,
tanpa menyisakan tawa ataupun senda

mungkinkah harus tercampak kedasar jurang yang paling dalam ?
atau haruskah terasing di balik derak jandela bertabur debu ?

mungkin tak satu jawaban yg dapat ter eja
tak satu pertanyaan yg mampu ter sumpah

sementara rekatan rekatan erat jaring benang di sela jiwa,
memudar dengan indah
membias di sebelah utara cakrawala memburatkan cahya nadi,
ini bukan yg terakhir, bahkan mungkin takkan jadi yg ke dua
semua harus berderet berjajar kebelakang
membentuk siluet2 sedih membuyar angan

tapaknya menjejak membekas di pasir pasir putih
seolah bertanda, akan di temukannya bahagia di suatu saat nanti
tapi entah kapan itu masih misteri
jelaganya belum terbersihkan, tanahnya masih basah lengket menggenggam erat

duh..para pemuja sepi yg malang melintang di dunia sedih
tampaklah nyata oleh biru di balik lembaran - lembarannya
agar tiada ragu dalam keragu - raguannya
agar tegap derap langkahnya
agar pongah sombong dalam jiwanya
dan agar tangis yg dia bawa reda tersapu oleh saputan puas

hanya itu...

Powered By Blogger