Dinda......
Dinda….
Terasakah kegetiran dalam jiwamu yg merambat di balik jendela sukmaku
Tergetarkah hati mu mendengar rindu bersenandung pilu di pelupuk mimpiku
Tersentuhkah jiwamu melihatku tergolek lemah di antara pintu waktu
Aku tak yakin……
Kau masih menyimpannya,
sekotak asmara yg pernah kuberikan pada mu sebagai hadiah di usia dewasamu
Setangkai embun yg ku tanam dalam dalam di dasar kalbumu selayaknya penyejuk di kala sepi menderamu
Sebuah cincin bermahkota tiara kerinduan yg pernah kuselipkan jauh ke dalam jemari lentikmu.
Dinda…
Aku mengadu
Bahwa jauh di dalam lubuk laraku, merintih dengan pilu kerinduan akan belai ucapmu
Jauh di dasar hatiku, tersimpan lentera yg kini hampir meredup di terpa angin cemburu
dan
Aku tahu…
Kau hampir merasakannya juga, mencium bau anyir keputus asaan dari roh yg hampir musnah
Hanya mungkin kau belum menyadari…bahwa rasa itu semakin hari semakin membesar, mengecam, mengutuk, dan menyumpah, akan kepahitan yg selama ini ingin dia rasakan
Dinda….
Akhirnya aku bisa sadar
Bahwa kesendirian ini memang harus aku nikmati, sebab nanti, sekarang, ataupun esok, kau pasti pergi,
meninggalkan bekas luka dalam batin yg menggores indah tentang sebuah nama di sana
dan bisa di pastikan itu adalah namamu, nama indahmu, yang tertanam begitu dalam di batas hatiku….tak terganti, ataupun tergeser sedikitpun