myspace

Tuesday, May 08, 2007

surat buat sang kekasih

Akhirnya tiba juga ujung dari cerita,
akhirnya tiba juga aku di pelupuk duka,
ternyata aku yang harus pergi,
bukan untuk di kenang,
tapi untuk di sakiti.

Kerelaan hati yang tertancap di pijakan bekas basah tanah ternoda berucap,
meski berat, aku menyeretnya,
langkah - langkah sore yang terjejal di antara mulut gua berlumut penuh kebencian.

Aku tak akan menangis,
pun jua meratap,
lelehan bening - bening saljuku telah mencair sejak siang tadi,
sekembalinya dirimu dari bilik berbatu - batu,
hingga terperdaya aku mengejarnya.

dan akhirnya inilah akhir dari segalanya,
ku memmang harus terlelap sementara. namun ..sayang...aku harus terjaga,
untuk ku lanjutkan perjalanan hidup yang sempat tertunda,
oleh buaian - buaian mimpi sesaat.

Aku tak pernah meragukanmu,
pula tak pernah menyimpan bibit - bibit benci di semai - semai hatiku,
aku ikhlas menjalani mimpi ini bersamamu,
tapi sayang,
aku harus terbangun,
aku harus merenda lagi jaring - jaring benang sutra takdir
yg pernah kuceritakan tempo hari kepadamu

Aku harus pergi
sebab gunaku telah purna,
dan wajibku telah musnah,
tak akan kuberikan lagi hati ini untuk kau singgahi,
tak akan kuberikan lagi tangan ini untuk kau genggami,
dan tak akan ku berikan kecupan ini di keningmu.

Maafkan aku sayang
aku tak bermaksud begitu,
namun jalan di antara kelokan bukit itu,
telah mencabangkan kita, disini kita berpisah.

Aku tak ingin di kenang ataupun di riwayatkan,
sebab aku hanyalah teman, dikala sepi menderamu,
aku hanyalah lentera, di kala gulita menghitamkan jalanmu,
aku tak pantas untuk kau puja,
aku hanyalah sepenggal kisah,
yang akan pergi di antara bahagiamu, dan hadir di antara sedihmu, ..

angan nyata dalam maya

dalam merenda aku tersulam
dalam merangkai aku tercerna
berbukit jauhnya dan bersamudra luasnya
menapak sedikit demi sedikit lantunan jiwa
berkelakar dengan duka hilang bermusnah

aku berlalu terhapus di hanyutnya rasa
seolah ingin datang dengan seribu kawanan lebah
menderu memburu bernafaskan jingga
hingga batas ujung cakrawala

unguku telah membiru
menguap dalam di terpa angin senja
berharap dalam harap
dan berserah dalam keinginan

dalam dudukku aku melamun
dalam mimpiku aku terlelap
dibuai kelam meronta buaian asmara
di dekap rindu dan di kenang oleh masa

Hanya Itu...

putih, bersemi diantara duri
hitam mengambang diantara karang
bertabur seribu pesta di taman surga
berpundi pundi di sebar keseluruh raga

bayangan melayang ringan menembus masa
memancar cahya seindah pelangi menghunjam bumi
seperti khilaf yang sengaja di buat di kotak kotak kaca
kala jatuh berderai memenuhi tanah

suaranya bergemerincing
memekak indra, sehingga belaiannya tak mampu tersentuh
hanya jejak kalbu saja yag terserak
tak ada api tak ada liat, tak ada tungku tak ada asap

desahan angin meniup lilin
desiran sukma menepi bibir
mengecup beberapa mawar
dan mengulum tangkai tangkai basahnya

hanya itu
hanya itu
tak ada yang lebih
tak ada yang di lebihkan

hanya itu

Powered By Blogger