myspace

Friday, January 19, 2007

Pagi yang hilang


Pagi ku hilang
Pagi ku melayang
terbang bersama angin sore, terhempas badai senja
kubuka jendela hati, seraya menatap semesta bertabur benih dan embun pagi
menghirup sesaknya nafas yg menggelayut di nurani
batin kecilku menjerit puas, kala kulihat pagi berubah kelam
tak ada lagi kicau burung, yg ada desahan dan erangan wajah sedih

pagiku hilang
pagiku melayang
tak ada harapan yg bisa ku ucap, hanya sedikit pinta sudi kiranya kau tampar jiwaku sekali lagi

seketika ku bersimpuh, merapat tangan dalam genggaman dada, aku menangis
dalam isak aku bertanya, sekeji ini dunia memalingkan muka padaku
senista ini ragaku tak di terima dalam genggaman nafsunya
separah inikah derita yg musti aku tanggung.

duh pepatah yg menaungi jagat sastra
loka apa lagi yg musti aku coret
puisi seperti apa lagi yang musti aku tulis

tanganku kaku menatap kosong semburat merahnya
mataku biru memicingkan sinar pedihnya

pagiku hilang
pagiku melayang
kesepian yg menyelusup di relung batin membuat aku terjaga sepanjang malam menatap bintang berharap dia sembuh dari luka, dan kembali menari kecil bersamaku

sedih
pedih
luka
nanah

kubawa sembunyi...............

Wanita itu

seorang wanita datang menghampiriku
di kala senja datang menggelayuti awan,
membawa kan ku bejana berisi madu kepiluan,
senyumnya tak terkembang, tak pula menguncup,
hanya tatapan sayunya yang menancapkan sebilah salju kedalam jantung paruku, membuat dinding – dinding putih menggigil,
membekukan kata yang ingin berucap,

memenggal kepanikan,
mengukir keterasingan diantara semak – semak perdu pelindung malam,
aku kembali terjatuh dalam kubang kebimbangan,

bukan untuk memilih,
bukan pula untuk dipilih,

sementara lantunan lantunan kata terucap,
aku seketika diam membisu dalam gelas berisi bisa racun pemuas dahaga,
aku tak membiarkan diri ini terjaga,
tak membiarkan diri beranjak,
aku puaskan diriku dalam genangan genangan kelam berwarna abu,
aku menikmatinya sekejap hingga rona merah derit jendela membuyarkan semua mimpiku,

kenapa aku gila,
kenapa aku tak waras,
kenapa aku……aaaah

wanita itu segera beranjak untuk menghilang,
membawa sisa cinta yang telah ia tawarkan,
membawa rindu yang tak pernah bisa aku menimangnya
dan membawa hati yang telah aku sakiti…..

Dia datang untuk pergi

Air matanya kembali menetes,
membasah mencairkan pipi,
membuyarkan penat, mengundang rindu,
siapakah gerangan dirinya ?,
yang mengusik air telaga keruh menjadi binar,
menyisihkan dan menyingkirkan derita di sela sendu,
mengapa tiba – tiba ia menangis ?,
mengapa seketika ia bersedih ?,
menemaramkan butiran cahya, bermega mega,
Yang mengekerut alis, di kenang dahi,

pertanda apa ?.

akan kah sang berita tlah mengaburkan derita yang bersemayam dalam hatinya.
Atau………. telah tumbuh benih semu dalam cinta yang ia terima
Atau kah ? ah masih terlalu banyak jeruji – jeruji karat berlapis misteri
Yang telah mengurungnya

Yang tak ingin ia ungkap dan tak ingin terungkap
Ia hanya bisa mengasing di antara duri duri kerinduan
Ia hanya bersenda dengan sepi yang menggelayuti nadinya
Harapanya satu, menemukan kembali sisa cinta yang telah ia terima
Menyatukan kembali kepingan – kepingan asa
Untuk kemudian ia lekatkan dalam - dalam,

Membingkainya
untuk kemudian di kenang,
Untuk sekarang, nanti dan masa mendatang

Thursday, January 18, 2007

Amarahku 2

mataku memerah darah bercampur jelaga duka
wajahku kuning merona membiru baja
hatiku panas membara mencabik asa

amarahku kembali
amarahku kembali

dua kali dalam sekali aku terpuruk dalam raga emosi
menjejalkannya dalam - dalam kerelung batin jiwa sepi
itu tak membuat aku surut dalam menerjang
apalah arti hidup dalam kelopak fana

menambah luka dalam dada
ini yg kesekian kali
ini bukan yg terakhir kali
dan ini akan jadi yang terhebat dalam kurun waktu yg hampir tak bersamaan

aku bangga memeliharanya dalam diriku
membiarkannya kaku dan membatu
hingga tak seorangpun di dunia ini mampu
membujuk dan merayu

aku kesakitan dalam dalam
tak ingin melangkah pun jua berjalan
aku terlalu perih
hingga aku tak mampu merintih

jangan kau jejalkan itu lagi ke padaku
aku terlalu muak untuk melampaui waktu
terlalu naif untuk mengharapkan sesuatu

amarahku mereda
amarahku mereda

aku bimbang
aku bingung

apa lagi kini
siapa lagi kini

diriku ini ?

Wednesday, January 17, 2007

Aku menggigil sepi

Kesepian itu datang menyelusup kedalam relung bathin terdalam,
menyerukan kata henti tak putus dalam harapan,
aku terbujur dalam diam,

kaku
dingin
membisu

hangat itu pergi
hangat itu sirna
hangat itu musnah

kesendirian ini membawa bahtera berlabuh pada kekosongan,
terdampar di sela curamnya batu batu karang,

aku kesakitana
ku mengeranga
ku mengeluh
aku merintih

tak ada yg bisa kugapai,
kuraih, kupegang, hanya sekedar menyelamatkan setitik nyawa yg berhembus dalam paruku....

kesendirian ini membuat aku rapuh.
kesendirian ini membuat ku lemah.

ada apa ini ?

Tuesday, January 16, 2007

Amarahku

dia menguji aku dengan tusukan sembilu
dia menguji aku dengan tatapan dingin
dia mengujiku dengan senyum hambar

seribu serapah tersumpah
seribu caci ter maki

pun tak gentar jua aku menghadapinya
aku meradang dan menerjang dengan sisa tenaga

aku marah dalam sedih
aku marah dalam bahagia
aku marah dalam suka


tapi aku tak mau beranjak
aku masih ingin di sini
menikmati sore meski sendiri
menikmati sekitar meski sekitar mengacuhkanku

aku masih mau disini
mendudukinya sampai aku puas
sampai tak ada lagi sisa busa di kursi ini
sampai kursi ini renta dan patah


aku masih mempertahankannya
dengan darah maupun jiwa
dengan nyawa maupun roh

ingat itu

Tak bisakah.............

tak bisakah.........

Gelitik hatiku menjelma nyata dan menopang dagu
kenapa aku begitu bodoh dengan menyertakan perasaan ke dalam semu
padahal tak se titik asa yg bakal aku temui di sana
hanya menambah deretan luka panjang yang menggores sukma

tak bisakah..........

kegundahan ini melawan sepi di malam penuh mimpi
bertabur bintang yang berkelip menggoda birahi
aku mengaburkan diri dengan senda
berharap sang bahagia sudi singgah dan menggumili ku di senja pagi

sementara harapku mengembara menembus cakrawala sunyi
batinku tergolek lemah menunggu rindu yg terbang berkelana
membawa sisa cinta yg sedapat mungkin bisa aku raih
meski berakhir semu, aku terlalu takut untuk menolaknya

ini yg kudapat
ini yg ku peroleh

luka hati yg semakin mengaga, melelehkan butiran - butiran darah
menembus jantung, melesak kedalam dada, tanpa bisa kau mencegah

kenapa cerita ini selalu sedih
kenapa cerita ini selalu menangis
tak bisakah kau buat aku tertawa
dengan sisa nafas yg aku punya

ku ingin menyandingmu, meski hanya sekejap kedipan mata

itu saja

tak bisakah..............

Monday, January 15, 2007

Akhirnya

Ketakutanku berujung

bunga itu layu
bunga itu pergi
bunga itu hilang

menjejalinya dengan sedikit demi sedikit kesedihan
berakhir dengan hadirnya sebuah prahara,
menerpaku dengan terjangan seribu tombak bermata trisula

sepi kini datang menyulam hatiku
menghiasinya dengan lantunan - lantunan gumaman rindu
gundah telah hadir menancapkan ribuan sembilu
menapakinya dengan jejakan - jejakan semu....

selamat jalan sayang....tangisku untukmu
kejar impian mu.......meski disini ku selalu mengharapmu
temukan arjunamu......andaikan itu aku
raih dia.......semampu tangan meraih asa dan mimpi
dan kasihi dengan sepenuh raga mengenggam asa

biarkan aku di sini.....
menjalani semua sepi di balik tembok retak dinding putih
biarkan aku mati....
menggigil dalam sepi berujung mimpi
biarkan aku kaku....
membiru dalam dekapan pilu
biarkan aku bisu......
membekap hati untuk tak lagi mencintai semu

aku sendiri...dan sendiri...

Kenapa ?

Hati ini ku bawa lari,
hati ini kubawa berjalan,
hati ini kubawa merangkak,
menebarkan sejuta kebusukan,
memburamkan segala cinta,

aku tak berdiri di antara kaki kaki kokoh sang waktu,
aku mengangkangi angkara,
menebarkannya keseluruh penjuru kebencian....
berharap akan datangnya sebuah kedengkian yg amat menyedihkan...

Aku terserak di antara sampah perasaaan yg di tebar oleh jiwa pemuja dendam,
sekeping pun tak kutemui sebuah rasa yg membuat hatiku tenang,
untuk melalui segala rasa dengki dalam hati ini...

aku tenggelam, tertanam dalam napsu,
aku menjelma menjadi sebuah kebencian yg menusuk jantung kelam dalam fana...

itu aku itu aku...
datang tersakiti..
pergi dengan tangis darah meleleh di sela jemari...

cari aku di sela sembunyi,
temukan aku dengan segala benci,

tak ada ma'af terucap...
tak ada cinta tersumpah....
aku kembali sendiri menimati kelamnya malam berlapis jelaga....

pergi!!!!! dan pergi !!!! jangan lagi datang di sela bahagia yg telah menghunjam kesepian ku.....

aku kembali sendiri
aku kembali sendiri
aku kembali sendiri
aku kembali sendiri terasing dan tersudut

Aku JAtuh Cinta

aku datang dengan hati.....
sebesar cemara di pagi hari,
seteguh gunung menjunjung langit....
ku biarkan me- liar, ku biarkan mem binal,

senyum tersungging kala tanya malampauiku...
yg seharusnya bukan milikmu tapi milikku...
menjalaninya dengan pasrah tanpa berharap sesuatu apa...
membiarkannya tanpa ingin mencegah...
desahan nafas selalu mendera, tangis manis selalu terberai....
keindahan itu telah kunikmati..
dan selalu ingin ku nikmati...
jangan pernah terhenti untuk mencintai dan di cintai...
sebab aku pun akan berlaku yang sama......
selalu berharap dan selalu mengharap hadirmu esok
bersama datangnya sinar hangat sang mentari...

Sombong Itu.........

manusia tak sempurna...
mengangkang membelakangi dunia...
beringsut menjamah jiwa,
tapakan jejak tangan kaki menjengkal diri di setiap butiran pasir kelabu,
hatinya gundah menatap kosong,
asanya terhenti di tepi jurang,
ada sebuah jiwa hampa disana,
menghampiri kala sepi mencumbuinyad

dua purnama sudah dia hitung dengan guratan garis tangan,
rasa itu bersemayam dalam di relung batinnya,

tak berangsur menjauh,
tak berlari pergi,
namun menempel erat, penggengam kuat, semakin menjadi dan berapi.

tak ada batasan mau pun ujung,
alirannya tak berakhir.......
entah sampai kapan, bahkan dewa pun tak tau, dan seolah membiarkannya begitu...
dia hanya bisa menjalani....
menjalani dengan derai air tawa dan tetes embun mata.......

Ku Terasing

Secepat itu aku berubah,
hijauku layu,
merahku memudar,
hitamku mengabu,
sendaku sedihku, tawaku tangisku....
perubahan ini cepat, sebuah proses panjang menuju sebuah bahagia,
tak bisa kupungkiri...

semua menyingkir
semua menjauh
semua mengucilkan
semua mengasingkan

ketersudutanku ini membuah benci,
menuai marah, logika tak lagi di pijak,
semua berubah darah...
memerah meradang dan merejam, aku tak peduli lagi,
aku tak henti mengutuknya,
merutuknya,
menyumpahnya dengan sejuta cacian tersaji dalam piring dendam

aku pasrah, menerima senja, hampiri dalam malam pekat bertabur duri,
di beranda aku mengangkang, di teras aku berkacak pinggang..

kenapa aku marah
kenapa aku membenci
kenapa aku menyumpah

siapa yag buat aku marah ?
siapa yg buat aku membenci ?
siapa yang buat aku menyumpah ?...

jawabannya aku sendiri.....

Powered By Blogger